Satu Kisah, Satu Makna
Suatu hari seorang sahabat menceritakan keluh kesah perihal rumah tangganya pada saya. Bagaimana sakitnya dia ketika mengetahui perselingkuhan suami. Dia berusaha mengkaji diri dan mencari tahu penyebab perilaku sang suami. Mencoba memahami emosi laki-laki yang dikasihinya selama beberapa tahun. Bertahan demi keutuhan keluarga.
Di lain waktu sahabat lain juga menceritakan derita hatinya. Komunikasi yang kurang efektif selalu saja menjadi masalah besar dalam perjalanan rumah tangganya.
Siapakah di antara kita yang tidak pernah bersedih? Tentu saja tidak ada. Semua orang memiliki kisahnya masing-masing. Memang, pengalaman buruk selalu menjadi sejarah yang selalu kita ingat.
Dulu, awal-awal saya duduk di bangku SMP, seorang guru pernah bekata, "Jika ingin hidupmu dipenuhi senyuman, simpanlah masalahmu dalam tulisan. Agar tidak merasa terbebani saat membawanya. Kelak, kamu bisa membukanya kembali dengan wajah yang ceria."
Saya hanya mencoba tips itu dengan menulis diary. Mengungkapkan setiap maslah saya pada buku. Memang, ini bukanlah solusi. Namun, saya selalu merasa lega setelah menulis. Rasanya beban saya berkurang padahal masalah belu selesai.
Bertahun-tahun saya melakukan itu. hingga buku diary saya menumpuk. Pada suat hari, ketika saya berada di akhir masa pubertas, tumpukan kisah sedih itu saya baca kembali. Ajaibnya, kok, saya hanya senyum-senyum sendiri.
"Baper banget, sih," umpat saya dalam hati.
Saya sadar bahwa setiap Allah memberi sebuah masalah, Dia juga sudah mempersialkan penyelesaiannya. Tinggal menunggu waktu. Pada akhirnya saya bisa mengambil banyak hikmah dari kejadian yang menyakitkan.
Semakin banyak pengalaman sedih yang kita tulis, semakin banyak makna yang bisa kita ambil.
So, tunggu apa lagi? Yuk, tuliskan kisah sedih dalam diarymu!