Untuk Diriku dan Diriku yang Lain di Luar sana
“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan”. (QS Al-Qosos:68)
Kemarin, ketika
bertilawah setelah salat, saya terpaku sesaat setelah membaca satu ayat dari
surat Al-Qosos. Ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Tanpa berpikir
panjang lagi, saya menelisik arti dari ayat tersebut. Tentang sebuah pilihan.
Saya
pernah berpegang pada sebuah prinsip bahwa hidup adalah pilihan, bahkan saat
kita memutuskan diam dan tidak memilih, itu sudah merupakan sebuah pilihan.
Setelahnya adalah bagaimana jalan yang kita tempuh dalam mengambil pilihan
tersebut dan bagaimana cara kita bertanggungjawab atas apa yang sudah kita
pilih. Ini adalah pandangan yang membuat saya merasa bahwa idealisme saya
adalah benar.
Selain
itu, saya juga yakin bahwa tidak ada pilihan yang salah. Meski harus melalui
banyak permasalahan, itu adalah cara Allah agar kita bisa belajar dari
pengalaman. Memetik hikmah dari setiap masalah. Tidak terjerumus pada keadaan
yang sama untuk kedua kalinya. Akan tetapi, Allah selalu memberi kejutan tidak
terduga pada setiap hambanya.
Seperti
pada hari ini, tepat di hari ulang tahun yang ke-30. Allah mengutus seseorang
untuk mengingatkan saya pada kuasa-Nya. Adik sepupu saya tiba-tiba bertanya
sesuatu yang telah Allah persiapkan jawabannya sejak hari kemarin. Yaitu surat
Al-Qosos ayat 68.
Masya
Allah, saya tidak pernah menduga bahwa ketertarikan saya pada ayat tersebut
adalah rencana Allah untuk mempersiapkan jawaban bagi gadis kecil itu. Ah,
meskipun usianya sudah remaja, saya selalu merasa dia adalah adik kecil yang
paling saya sayangi.
Si Gadis pemimpi,
dengan penuh kecemasan dia bertanya-tanya tentang sebuah pilihan, ikhtiar, dan
sebuah pencapaian. Hatinya dipenuhi keyakinan bahwa dia akan lolos dalam
seleksi ujian masuk peguruan tinggi yang dia impikan. Namun, dia takut kecewa
jika ternyata semuanya tidak sesuai ekspektasinya.
Kesuksesan
tidak selalu berbentuk pencapaian duniawi. Adakalanya kesuksesan disematkan
bagi orang-orang yang ikhlas dengan takdir Tuhan. Orang bilang hasil tidak
pernah menghianati usaha. Akan tetapi kita perlu percaya bahwa pada akhirnya
Allah akan memutuskan yang terbaik untuk kita.
Saya
kembali menepi, merenungi setiap waktu yang pernah saya lalui. Merunut semua
pencapaian yang berakhir dengan kekecewaan. Saya sudah melalui beberapa fase
yang paling bercahaya dalam hidup saya. Seketika itu Allah padamkan seluruh
cahaya hingga membuat saya tergelam dalam kegelapan.
Sedih, sakit,
marah, kecewa, menjelma menjadi energi yang mengelabui jiwa. Kemudian kita lupa
bahwa Allah Maha Kuasa. Sekuat apa pun tekad kita untuk menghindar dari situasi
yang sama, Allah memilik banyak cara untuk menyeret hambanya agar selalu mengukir
makna.
Yakinlah,
bahwa Allah sudah mempersiapkan jawaban dari segala yang kita pertanyakan.
Tinggal menunggu masanya saja. Hanya perlu menyakini bahwa pada Allah akan
menempatkan kita dalam rumah yang paling sesuai. Sehingga kita bisa mendapatkan
apa yang kita butuhkan.
Maksimalkan
iktiar, minimalisir tuntutan, cukup yakini bahwa rencana Allah akan selalu
indah pada akirnya. Jika belum terasa indah, artinya ini bukanlah akhir dari segalanya.
“Jika
emosi, rasa sakit, dan kekhawatiranmu bersinergi, biarkan ketiganya bermutasi
menjadi motivasi agar hidupmu selalu berarti.”(Nurmaisyah)
(Tulisan
ini dipersembahkan untuk diriku dan diriku yang lain di luar sana. Orang bilang
kita kembar beda usia. Secara fisik banyak kesamaan di antara kita. Tidak ada
yang menyangka bahwa kita adalah saudara beda orang tua. I love you, My Little
Sister.)