Hari Ke-5: Konsep Kepemilikan
Konsep kepemilikan adalah satu hal yang wajib dimengerti anak sejak usia dini. Ketika usia 2 tahun, saya mulai mengjarkan hal ini pada Timur. Artinya sudah 8 bulan proses ini saya jalani.
Tidak mudah memberi pengenalan mengenai kepemilikan pada anak. Apalagi jika anak adalah tipe orang yang mudah tertarik pada benda atau mainan orang lain.
Merebut atau merengek pada orang tua untuk memintakan mainan itu adalah senjatanya. Kalau dia tidak mendapatkannya, maka dia tidak segan-segan merampas mainan orang lain, mengambilnya tanpa minta izin, atau
Tantrum. Inilah ujian terbesar bagi orang tua.
Hari ini saya kembali mengulang pelajaran kepemilikan pada Timur. Saya teringat kembali kejadian saat saya mengembalikan mainan Zea tanpa sepengetahuan Timur, dan beberapa kejadian saat Timur nangis menginginkan mainan temannya.
Kebetulan Hafiz doll dan Hafiz junior hari ini datang setelah 2 minggu merantau ke surabaya. Timur senang bukan main. Dia memeluk kedua boneka itu dan langsung memainkannya secara bergantian.
Hafiz doll adalah boneka edukasi milik timur yang sudah selama 3 tahun menemani tumbuh kembangnya. Sejak masih dalam kandungan hingga sekarang. Sementara hafiz junior adalah boneka yang dibeli khusus untuk hadiah lahirnya adik sepupu Timur, tetapi mengalami kerusakan sebelum sempat diberikan.
Mungkin karena terlalu lama hafiz junior ada di rumah, Timur merasa itu adalah miliknya. Jika hal ini dibiarkan saya takut Timur mengalami kehilangan yang berlebihan saat boneka itu diberikan pada Adik sepupunya.
"De ini babang hafiz punya Timur, ya," ucapku sambil menunjuk hafiz doll.
"Iya," jawabnya.
"Kalau yang ini punya Adik Fatih." Ekspressi Timur agak sedikit berubah saat saya menunjuk ke Hafiz junior.
"Ini yang Timur, Ini yang Adik Fatih," ulang saya.
"Ini yang Timur?" tanya Timur kemudian seraya memeluk phafiz dollnya.
Saya mengangguk.
"Ini yang Adik Fatih. Timur nambut." ucapnya.
Alhamdulillah dia sudah mengerti kalau ada mainan orang lain artinya dia meminjam. Lalu dia memainkan hafiz junior dan menyimpan hafoz doll.
"Bunda, Timur nambut adik hafiz yang adik Fatih, nya!" pintanya.
"Boleh. Tapi, nanti dikembalikan, ya," pesan saya.
"Diantelin sama Timur ke Adik Fatih?" tanyanya.
"Iya. Dianterin ke Adik Fatih."
"Hayu Bunda! Hayu antelin ke adi Fatih!!!"
Kali ini saya sedikit kaget mendengar permintaan Timur. Pasalnya tidak mungkin mengantarkan hafiz junior sekarang juga.
"Nanti tunggu ayah dulu, ya."
"Gak mau!!! Sekarang!!!" bentaknya tiba-tiba.
"Sayang, Adik Fatihnya masih bobo," bujuk saya.
"Hayu Bunda, Hayu!!!"
"Tunggu Ayah pulang, ya!"
"Gak mau!!!" Dia merengek.
Saya menghela napas sejenak. Memberinya jeda untuk mencerna apa yang saya inginkan. Setelah 5 hari mencoba mengamalkan komunikasi produktif, saya memang merasa lebih tenang dalam menghadapi emosi si kecil.
"Tunggu ayah datang, ya!" ucap saya di sela tangisannya.
Timur sudah terlihat tenang meski tangisannya belum reda.
"Tunggu ayah pulang, ya!" ucap saya untuk kesekian kalinya.
"Iyaaa," jawabnya seraya memeluk saya dengan tersedu.
Ah, saya bahagia karena hari ini berhasil mengajarkan dia konsep kepemilikan. Selain itu saya juga berhasil menjaga ketenangan saya saat Timur emosional.
Meskipun sudah mengetahui bahwa boneka itu bukan miliknya, tidak menutup kemungkinan dia lupa dan menganggap mainan itu miliknya. Apalagi jika Timur merasa nyaman dengan hafiz junior. Maka setiap saat saya harus terus mengingatkan dia bahwa itu adalah milik adik sepupunya.
Oke, kali ini saya mendapat ⭐️⭐️⭐️⭐️.
Terima kasih!
Nurmaisyah
#harike5
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
#pulauimpian
#bunsaybatch6