Anak Daring, Emak Darting (Terinspirasi Dari Postingan Sahabat)
Sampai-sampai berbagai curhatan ibu-ibu muncul di media sosial. Alih-alih kabar membahagiakan, saya malah lebih sering membaca dan mendengar keluhan. Bahkan seorang sahabat, sampai memposting kalimat yang 'jleb' banget. Saking seringnya mendengar ibu-ibu yang kerap tersulut emosi.
"Anak Daring, Emak Darting."
Saya sempat tertawa membacanya. Namun, ketika direnungkan, ini adalah realita yang juga terjadi di sekeliling saya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa mendidik anak itu bukanlah perkara mudah. Ibu-ibu saat ini sedang diuji. Dan hebatnya seorang ibu, meskipun dia marah dan pusing dengan anak-anak, kasih sayangnya tidak bisa dihitung. Faktanya mereka tidak tahan lama-lama memarahi anak-anak.
Itulah kenapa ibu dipilih sebagai sekolah pertama bagi anak. Karena ketika dimarahi, anak tidak akan pergi dari ibunya. Bahkan ada beberapa anak yang menunjukkan penyesalan jika ibunya mulai marah. Sekali pun anak itu pembangkang, dia tidak akan bisa lepas dari genggaman seorang ibu.
Ya, ibu adalah pondasi sebuah keluarga. Kesabaran dan ketulusan seorang ibu benar-benar mempengaruhi kualitas generasi penerus bangsa. Dari ibulah sebuah peradaban mulai dibangun.
Ketika kondisi tidak memungkinkan untuk belajar bersama guru, Ibu bisa menggantikannya. Saya percaya, ibu yang hanya lulusan sekolah dasar dan tidak melek teknologi pun bisa mengajari anaknya berbagai hal.
Maka, untuk ibu-ibu yang sedang berjuang demi berlangsungnya pendidikan, tetaplah semangat untuk menemani pembelajaran anak-anak. Karena semangat Ibu adalah kunci keberhasilan pembelajaran ini.
Ketika anak-anak mulai tidak bisa dikondisikan, teruslah berusaha sekuat tenaga untuk mencari solusi. Berpikir positif. Insya Allah, di tangan Ibu-ibu anak-anak akan semakin pandai. Karena di dunia ini tidak ada anak yang bodoh. Tugas ibu adalah menemukan potensi dan kekuatan anak-anaknya.