Mother, No Body Loves Me like you
Terbayang satu wajah, penuh kasih penuh sayang
Terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan
Oh, Ibu
(Satu Rindu, Opik dan Amanda)
Saya menangis mendengar lagu "Satu Rindu" mengalun dengan syahdu. Ya, satu wajah muncul dalam pikiran saya sepanjang lagu itu diputar, Ibu. Seorang wanita yang telah mengandung dan melahirkan saya. Wanita yang memberi saya kehidupan dan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk memperjuangkan saya. Wanita yang sepanjang hidupnya menahan badai demi menyelamatkan masa depan saya.
Beliau bukan orang terkenal, bukan orang pandai, buka pula orang kaya. Wanita yang sekolah dasar saja tidak lulus, yang membaca saja tidak begitu lancar. Bukan karena bodoh atau malas, tetapi beliau tidak memiliki kesempatan itu. Saya yakin jika saja ada kesempatan bagi ibu untuk mengenyam pendidikan, dia akan berjuang mati-matian untuk meraihnya. Karena itu dia memberikan banyak kesempatan untuk anak-anaknya. Mengarahkan saya untuk bisa sekolah dan mencari ilmu tiada henti.
Beliau rela kelihangan seluruh hartanya dan hidup dalam kesederhanaan demi keberlangsungan pendidikan kami. Bahkan hingga sekarang saat kami sudah membangun hidup sendiri, Ibu masih ada dan akan selalu ada untuk memberi tanda cinta yang tidak mungkin saya balas. Saya pun yakin beliau sama sekali tidak pernah meminta balasan apa pun dari kami. Dia hanya meminta satu hal.
"Sematkan nama mamah dalam setiap doa bahkan jika mamah sudah tiada."
Hanya doa yang beliau minta karena mungkin dia sadar hanya itu yang mampu saya beri untuknya. Sebisa mungkin namanya akan selalu ada di urutan pertama dalam doa saya panjatkan.
Ketika banyak orang yang mencacinya, menggunjingnya karena hidup dalam kemiskinan. Dia tegar dan bertahan. Ketika kami sekeluarga dikucilkan dalam keluarga besarnya, Ibu adalah orang yang selalu kuat menahan kepedihan.
Saya yakin, tanpa sepengetahuan anak-anaknya, Ibu sering menangis. Karena itu adalah satu-satunya media untuk menyalurkan kesedihan. Tetapi wajahnya selalu optimis. Tidak kenal lelah. Bekerja untuk membantu ayah mencukupi kebutuhan keluarga. Berjalan kaki dengan memikul beban berat demi megais rezeki.
Sekarang usianya semakin menua. Tetapi keinginan untuk membahagiakan anak-anaknya semakin bertambah. Terlebih sekarang ada cucu yang mendapatkan perhatian lebihnya.
Ibu, terima kasih, atas semua sebaikanmu!