--> Skip to main content

Menulis: Menceritakan Banyak Kisah

 Sejak kecil saya suka berkhayal. Membayangkan sesuatu yang tidak pernah terjadi seakan-akan itu nyata adanya. Bahkan teman-teman terdekat selalu percaya pada kisah-kisah yang saya ceritakan.

Namun, lambat laun mereka mulai malas mendengarkan cerita saya. Akhirnya saya menciptakan sosok abstrak dalam pikiran saya. Namanya Rach, terinspirasi dari salah satu tokoh dalam buku "Petualangan Ke Planet Tau Ceti." Itu terjadi saat saya duduk di bangku SD kelas 2 dan saya selalu dianggap aneh karena sering berbicara sendiri. 

Saat kelas 3 SD, saya mulai menulis diary. Terkadang menciptakan puisi bersama sahabat baru saya Sri Resti Anjani. Dia adalah satu-satunya teman yang mau mendengarkan semua khalayan dan imajinasi saya. 

Saya bahagia ketika saya menuangkan seluruh isi kepala dalan sebuah tulisan. Namun, saya tidak pernah sadar bahwa saya memiliki potensi sebagai penulis. Padahal sudah banyak kisah yang saya tuliskan dalam diary saya.

Hingga suatu hari di tahun 2010, awal saya masuk kuliah, seorang sahabat membaca salah satu naskah saya yang sudah berjumlah 10 episode. Dia sangat antusias dan mengharapkan saya menjadi penulis. Di sana saya baru menyadari bakat saya. Meskipun demikian saya tidak pernah tahu bagaimana caranya menerbitkan sebuah buku. 

Namanya Isha, gadis asal Bandung yang memiliki hobi menulis. Dia memperkenalkan saya pada grup kepenulisan di Fb di tahun 2012. Saya mulai bergabung di 2 grup kepenulisan yaitu AE dan Pedas. Memulai berkomunitas pertama kali, membuat saya minder. Terlebih, saya masih awam dalam dunia ini sehingga saya hanya menjadi silent reader saja di grup itu selama 2 tahun.

Entah kenapa tahun 2014 saya memiliki keinginan kuat untuk belajar menampilkan karya saya di komunitas Pedas dan tulisan saya di kritik habis-habisan. Sakit, hati, dong, awalnya. Sudah berpikir dan berjuang mati-matian, tulisan saya malah dianggap sampah. Tetapi, ini memacu saya untuk belajar dan terus belajar untuk mau mendengar kritikan. 

Ketika saya sedang betah-betahnya berinteraksi dengan para penghuni komunitas, tiba-tiba grup vakum. Saya merasa kehilangan rumah dan tidak aktif lagi menulis. 

Saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang penulis. Makanya, saya tidak punya ambisi apa pun di dunia kepenulisan. Tetapi,  saya punya banyak kisah untuk diceritakan. Apalagi setelah saya dewasa, teman khayalan saya pun sirna. Tidak ada lagi yang mampu menampung kisah-kisah dalam pikiranku selain sebuah buku. Maka, saya bertekad untuk menerbitkan novel sebagai koleksi pribadi.

Saya tidak pernah bermimpi bahwa novel saya laris dan menjadi sumber penghasilan. Saya hanya berharap bahwa kelak jika saya meninggal, anak-anak dan cucu-cucu bisa mengenal saya melalui buku-buku yang saya tulis. 

#4MingguBisaNulisBuku



Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar