Langit Biru
Nama: Nurmaisyah
Alamat: Jamanis
Judul: Langit Biru
Arya melihat seorang Gadis yang menengadah. Menatap langit berwarna biru cerah. Lalu-lalang manusia di sekitarnya di hiraukan begitu saja. Suara klakson sebuah mobil mengejutkannya seketika. Gadis itu mengalihkan pandangannya, memelototi sopir yang sedang memakinya, kemudian pergi dengan raut wajah penuh kemarahan.
Beberapa orang yang melewatinya sontak menutup hidung. Melirik Gadis bermata bulat itu dengan jijik. Baju putihnya sudah tampak kecoklatan, kusut dan kumal. Entah berapa lama dia memakainya.
Arya terus memperhatikannya. Sesekali Gadis itu duduk. Menikmati roti kedaluarsa yang dipungut dari belakang toko. Terkadang mulutnya sibuk menyantap sisa nasi dari warga sekitar yang masih memiliki hati.
"Siapa namamu?"
Arya menghampirinya. Laki-laki itu memang biasa datang untuk memberi makanan. Melontarkan beberapa pertanyaan yang tidak pernah mendapat jawaban. Hari ini Arya tidak membawa makanan. Dia mengambil dompet, mengambil beberapa lembar uang lima puluh ribuan dan memberikannya. Si Gadis bermata bulat menerimanya dengan riang.
"Hmmm," kata Gadis itu seraya fokus pada uang di tangannya.
"Apa kamu punya keluarga?" tanya Arya penasaran
"Hmmm," jawab Gadis itu.
Arya menghela napas. Berusaha memahami Gadis yang tidak pernah berbicara itu. Terkadang dia berpikir, apakah Gadis itu tuna wicara?
"Hai, apa kamu bisa bicara?" Arya masih berusaha mengajaknya bicara.
"Hmmm." Lagi-lagi dia menjawabnya dengan satu kata tanpa makna.
Gadis itu kembali menatap ke atas. Dia tersenyum melihat gumpalan awan yang terukir indah di antara birunya langit.
"Hmmm... hmmm... hmmm...." Kali ini dia berbicara sembari menggeleng-gelengkan kepala. Seperti tengah menikmati alunan nada.
"Langit. Itu namanya langit," kata Arya.
"Laaangit," ucap Gadis itu dengan senang.
Arya tersenyum. Untuk pertama kalinya dia mendengar Gadis itu mengucapkan satu kata, Langit. Ternyata dugaannya salah. Gadis ini bisa bicara. Hanya lebih senang menikmati dunianya.
"Langit biru," kata Arya lagi.
"Laaangit biiiru." Dia mengeja kalimat yang diajarkan laki-laki itu.
Gadis itu terus mengulang ejaan yang dia pelajari hari ini. Wajahnya berbinar-binar. Dia tampak mengagumi langit dan semua hal yang menghiasinya.
"Aku pergi dulu, ya." Arya menepuk pundaknya.
"Ya." Gadis itu meniru kata terakhir yang diucapkan Arya.
"Daaah." Arya berlalu.
Sementara itu, Si Gadis bermata bulat memandangi pemberian Arya sambil tersenyum. Tangannya memasukkan lembaran kertas berharga itu ke mulutnya.
"Oek!" Gadis itu memuntahkannya kembali.
Mungkin dia sadar itu bukanlah makanan. Sorot matanya yang tajam, menampakkan kekesalan. Dia memang tidak pernah menerima uang. Semua hal yang dia terima dari orang-orang selama ini selalu berupa makanan.
Dia beranjak, berlari mencari anak laki-laki itu. Menyusuri beberapa gang yang sering dia lewati untuk bermain. Tidak lama dia akhirnya menemukan Arya. Laki-laki itu hendak menyebrang jalan. Gadis itu mengejarnya sambil berteriak.
"Langit biru! Hmmm, langit biru. Hmmm, langit biru!"
Laki-laki itu menoleh. Tersenyum menyambut Si Gadis yang terlihat bahagia. Namun, wajah Arya berubah seketika. Dia panik saat sebuah mobil menabrak Gadis itu.
"Tidak!!!" teriaknya.
Arya berlari. Mengangkat Gadis itu ke pelukannya. Darah mengalir deras dari kepalanya.
"Langit Biru." Gadis itu menutup matanya seraya tersenyum. Damai.
Tasikmalaya, 10 Maret 2021