Belajar Dari Rumah, Mengembalikan Pendidikan Anak Pada Fitrahnya
Beberapa bulan yang lalu (sebelum terjadi pandemi) saya sempat berkomunikasi dengan para pakar homescholing dalam sebuah grup WA. Diskusi kami menyadarkan saya akan satu hal. Yaitu fitrah pendidikan.
Jika kita kembali merunut tentang kewajiban mendidik, hal yang pertama disebut sebagai 'madrasatul ula' adalah Ibu. Ya, ini artinya tanggung jawab pendidikan itu sebenarnya 100% tanggung jawab orang tua. Sebelum lahir profesi guru di dunia ini. Orang tua adalah guru pertama untuk anak-anaknya. Anak-anak dititip di sekolah karena beberapa orang tua tidak memiliki kapasitas untuk mengajarkan ilmu tertentu.
Pandemi memberikan kita banyak sekali hikmah. Salah satunya tentang pendidikan anak. Apa yang harus dievalusi dari sistem pendidikan kita sekarang?
Dari keluhan para orang tua, saya bisa menyimpulkan beberapa fakta yang meresahkan mengenai anak-anak terutama tingkat PAUD dan sekolah dasar:
1. Anak-anak ternyata lebih patuh dan nurut pada guru di banding pada orang orang tua,
2. Anak-anak ternyata patuh pada guru hanya di sekolah saja. Dia lupa nasihat guru ketika sudah di luar sekolah,
Kedua fakta tersebut berkaitan dengan akhlak dan implementasinya. Jika hal ini bisa diatasi, saya yakin tidak akan ada alasan lagi untuk belajar kapan pun dan dimana pun. Orang tua akan mencari berbagai solusi untuk mendukung kelancaran belajar anaknya selama di rumah asalkan anaknya bisa mendisiplinkan diri.
Tetapi, jauh dari harapan. Belajar dari rumah justru membuat anak dan ibu gontok-gontokkan. Anak yang harusnya belajar malah asyik bermain game, bahkan mabar dengan teman-temannya. Dan ibu hanya bisa mengusap dada.
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Tentu saja ini tidak lepas dari peran orang tua dan guru dalam mengarahkan anak-anak saat mereka masih belajar di sekolah (sebelum pandemi).
Ketika menitipkan tanggung jawab mendidik anak pada guru di sekolah, kita sebagai orang tua harusnya tidak mempercayakan anaknya 100% pada guru. Orang tua lupa mengevaluasi perkembangan sikap anak selama di rumah.
Jangan sampai anak memiliki 2 kepribadian. Rajin dan menjadi penurut selama di sekolah tetapi malas dan membangkang ketika di rumah. Hal ini terjadi karena pikiran anak sudah disetting bahwa tempat belajar itu sekolah. Selain itu anak-anak boleh main sepuasnya.
Padahal di mana pun anak bisa mempelajari banyak hal. Bahkan saat bermain dengan teman-temanya, anak lebih baik belajar mengambil hikmah dari permainan. Agar semua anak bisa memegang pedoman bahwa setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah.
Tentunya tidak semuanya seperti yang saya sebutkan tadi. Ternyata banyak juga anak-anak yang justru menjadi lebih mandiri dan memiliki wawasan yang lebih luas di banding dengan belajar di sekolah.
Mereka lebih fokus karena merasa memiliki tanggung jawab untuk mengumpulkan tugas harian. Dan bagi mereka yang tidak suka peraturan sekolah, belajar di rumah adalah kesempatan untuk mempelajari sesuatu sambil santai. Mengerjakan tugas sembari ngemil dan ditemani secangkir kopi, teh manis, bahkan jus buah kesukaan adalah moment yang sangat langka.
Menghafal materi tanpa harus pusing dengan hapalan orang lain. Menghitung angkat tanpa harus direcoki teman-teman yang meminjam penghapus. Dan bisa cari perhatian sama orang tua. Biasanya orang tua akan sangat senang jika melihat anaknya rajin. Sehingga mereka bisa saja mendapat reward setiap hari. Anak dan orang tua akan semakin dekat dan kompak.
Banyak sebenarnya keistimewaan belajar d rumah. Hanya tidak semua menyadari hal itu. Saran saya pada ibu-ibu yang mengalami kesulitan mengkondisikan anaknya, jangan pernah menyerah! Tetaplah semangat dan kalau perlu mintalah tips pada wali siswa lain.
Karena dengan mengeluh dan berdemo, situasi tidak akan mejadi lebih baik. Yuk, kita sama-sama kembali pada fitrah pendidikan. Kita renungkan lagi bahwa ini tanggung jawab kita sebagai orang tua.
Jika masalahnya adalah jaringan internet atau tidak memiliki ponsel, coba cari solusinya dengan wali kelas masing-masing. Atau bisa meminta informasi pada wali murid lain yang memiliki media lengkap untuk pembelajaran online. Insya Allah akan ada solusi lain yang lebih relevan ketimbang menyalahkan kebijakan.
Semoga situasi ini segera berakhir dan anak-anak bisa kembali ke sekolah seperti biasa lagi. Aaamiiin!