Ketika Si Kecil Sulit untuk Dibujuk
Sejak pagi, putra kecil saya Timur (2,5 Tahun) susah sekali diajak mandi. Kebetulan saya tipe orang tua yang gak tegaan memaksakan sesuatu pada anak. Jadilah saya 'gereget'. Berbagai cara saya lakukan untuk membujuknya. Dari mulai menjanjikan makanan favorit sampai menawarkan beli mainan baru agar dia mau mandi. Hasilnya Nihil.
Bingung, dong, saya biarkan dulu dia main beberapa saat dengan harapan dia akan bosan dengan permainannya. Tetapi saat diajak ke WC dia menolak lagi.
Setelah 2 jam lebih saya berusaha dan bersabar. Saya mencoba strategi baru. Saya bilang, dong, ke Timur, "De, main air, yuk!"
Saya pikir dia akan langsung mau, karena dia suka sekali dia main air. Tetapi dia menolak lagi.
"Ih, kalau gak ibak, bau, lhooo," tambah saya.
Doi masih asyik saja dengan lego yang dia bentuk seperti dinosaurus dalam imajinasinya. Padahal bentuknya menurut saya seperti tangga. Tapi, suka-suka dia saja, deh.
"De, itu dinosaurusnya bau, lho, belum ibak. Ibakan, gih!" Saya mencoba mengganti pernyataan saya.
Ekspresinya langsung berubah. Dia mencium lego dan spontan menutup hidung.
"Bau, Bunda. Dinosorusna belum ibak," serunya.
"Duh, masa, sih? Coba Bunda cium baunya." Saya menirukan gayanya mengendus lego.
"Bau, ya, Bunda?" tanyanya.
"Iya." Saya mengiyakan padahal lego itu sama sekali tidak bau. Tapi saya mencoba untuk masuk dalam imajinasi Timur.
"Terus kalau bau harus gimana, dong?" tanya saya. Maksudnya ngetes doang, padahal berharap dia bilang bahwa dinodaurusnya harus dimandiin.
"Harus di elap."
Yaaa, saya gagal mengarahkan jawabannya. Tapi saya tidak boleh menyerah. Pokoknya dia harus mau mandi dengan kesadaran sendiri.
"Mana elapnya?"
"Di dapur."
"Ambil, gih!"
Timur segera pergi ke dapur. Mencari lap yang biasa digunakan untuk mengeringkan mainan. Dia menemukan lap nya di atas westafel.
"Bunda, elapnya basah!" teriak Timur.
"Waduh, basah. Terus gimana, dong?" tanya saya.
"Cuciin sama Bunda, ya!" pintanya.
" Kalau lapnya dicuci, nanti kelamaan. Kasihan dinosaurusnya bau," ucap saya mengembalikan perbincangan.
"Ibak, yuk, Dinosorus! Ku Aa Imun diibakan."
Akhirnya dia pergi ke WC untuk memandikan lego. Biasanya kalau sudah di WC dia akan anteng main air. Saya bisa menggunakan waktu main itu untuk beres-beres rumah.
Tidak sampai setengah jam. Timur bersedia pakai sabun dan sampho. Dan berhasillah saya membujuk dia mandi.
Jadi, intinya saat kita membujuk si kecil, kita harus masuk dulu ke dunia dia. Mencoba memahami imajinasinya dan mengarahkan imajinasi itu pada apa yang kita inginkan.
Hal ini berlaku untuk semua hal. Misalkan anak sedang susah diajak tidur, susah makan, anaknya lagi rewel, cengeng, dan banyak kondisi di mana kita menginginkan anak menuruti keinginan kita.
Jangan memaksa! karena paksaan hanya akan menyisakan luka.
Jangan mengancam! karena ancaman akan membuat anak takut.
Bujuk saja. Karena ternyata anak tidak perlu diiming-imingi apa pun untuk bisa mengikuti arahan kita. Cukup selami dunianya. Tetapi kita tetap harus memberi reward jika anak melakukan hal baik. Reward bukan hanya uang atau benda, lhooo, pujian, ciuman, pelukan, dan rasa bangga yang kita tunjukkan pada anak akan membuatnya bahagia.
Salam hangat dari Bunda Timur