Ketika Anak Membuat Kesalahan
Saat seorang anak berbuat kesalahan, orang yang pertama disalahkan adalah ibunya. Apakah ini adil? Tidakkah kita tahu bahwa seorang ibu telah mencurahkan otak dan tenaga untuk mendidik anaknya. Dan dengan seenaknya kita melabeli anak tersebut dengan "Anak kurang didikan." Ironis.
Sejatinya di dunia ini tidak ada anak yang nakal. Setiap anak tumbuh dan berkembang dengan caranya sendiri. Sesuai dengan kharakter anak yang satu sama lain tidak bisa dibandingkan.
Julukan "nakal" haya akan membuat orang tuanya emosi, sedih, marah, bahkan menyesal hingga merasa gagal. Padahal mendidik anak itu bukan masalah hasil, tapi proses belajar yang tentunya tidak bisa kita ukur di hari ini.
Namun akibat dari stigma negatif yang diasematkan pada anaknya, banyak ibu yang akhirnya merasa lelah dan menyerah pada anaknya. Jika sudah seperti ini, siapa yang akan bertanggung jawab? Maka, usahakan untuk tidak menilai anak orang lain dari kacamata kita yang sekilas saja. Karena kita tidak tahu bagaimana perjuangan ibunya dalam mendidik anak.
Pada dasarnya setiap anak memiliki lebih banyak sisi baik bahkan di balik sikapnya yang dianggap "nakal" itu. Semakin banyak anak melakukan kesalahan, semakin banyak juga dia belajar dari kesalahan.
Di balik sikap anak yang membangkang, ada sesuatu yang sedang dia tunjukkan. Sebuah potensi terbaik yang mungkin tidak kita sadari sebelumnya. Rasa ingin tahu yang hebat dalam diri anak terkadang membuatnya melanggar larangan kita, dia tengah melakukan uji coba atau sedang menguji kesabaran dan ketegasan kita.
Anak seringkali berpikir dari cara pandang yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga sikap dan perilakunya juga terkadang diluar dugaan kita. Kita perlu menggali kharakter anak dari berbagai sudut pandang. Jangan hanya melihatnya dari pandangan orang dewasa, karena dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa.
Mencari kelebihan dan kekurangan anak adalah tugas kita sebagai orang tua. Agar bisa memberi arahan yang baik untuk memperkuat kelebihannya dan ikhlas bahwa anak kita bukan manusia sempurna. Jadi kesalahan anak bukanlah ujung tombak kita bisa menilai seenaknya. Apalagi menyudutkan orang tua yang telah sepwnuh hati mendidiknya.
Jangan bangga dulu jika anak kita pendiam dan penurut! Waspadalah karena di balik diamnya anak harus ditelaah penyebabnya. Jangan sampai anak kita kehilangan kepercayaan diri atau bahkan menjadi penakut.
Baik anak yang super aktif atau pun anak yang pendiam, anak penurut atau pembangkang, masing-masing memiliki potensi terbaiknya yang sedang ditelaah oleh ibunya. Maka, stop menilai dan menyalahkan orang lain. Karena itu hanya akan menorehkan luka.