--> Skip to main content

Curhat: Bayar Pajak kendaraan Secara Online, Mengecewakan?

Menjadi warga negara yang baik adalah membayar pajak kendaraan tepat waktu. Namun, ketika dihadapkan pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk datang sendiri ke samsat, ada alternatif lain yaitu membayar secara online.

Sebelumnya saya tidak pernah melakukan pembayaran secara online. Maka saya tanyalah ke beberapa teman yang pernah membayar pajak kendaraan secara online. Dari 5 orang teman yang saya tanya, 4 di antaranya merekomendasikan menggunakan aplikasi samsat online nasional (samolnas). 

Saya download aplikasi tersebut dan membaca beberapa review. Kebetulan yang muncul adalah review positif yang intinya, aplikasi ini sangat membantu. 

Dengan percaya diri, saya mulai melakukan pendaftaran, mendapatkan kode billing, dan membayar pajak via BNI mobile banking. Prosesnya sangat lancar dan tidak mengalami masalah. Setelah itu saya tinggal menunggu stnk baru dikirim via pos ke rumah dalam jangka waktu 3 hari sampai 1 bulan. 

Namun, saya kecewa karena stnk baru tidak kunjung datang setelah 1 bulan lebih. Ketika saya cek samolnas untuk melakukan pengaduan, aplikasi tersebut harus di update. Namun, ternyata data-data sebelumnya hilang seketika. Ada apa gerangan? Usut punya usut, aplikasi samolnas sedang dalam proses perbaikan.

Saya kembali membaca prosedur samolnas secara lengkap melalui jaringan internet. Di sana tertera salah satu alasan stnk baru tudak sampai, karena si pemilik kendaraan sudah pindah kependudukan. Maka, saya dianjurkan untuk datang langsung ke samsat dan mengambil stnk sendiri.

Dengan legowo, saya datang ke samsat terdekat untuk menanyakan masalah ini. Bukannya mendapat penjelasan, saya malah mendapat ceramah yang bertubi-tubi dari petugas pendataan yang berada di depan pintu samsat dan dari 2 orang petugas samsat di bagian informasi. 

Intinya ceramah mereka sama. Mereka tidak menganjurkan saya memakai samolnas karena itu servernya di pusat (jakarta). Jadi untuk melacaknya, saya harus langsung ke pusat.

Saya syok. Dalam keadaan yang seperti ini (pandemik) saya harus melacak keberadaan stnk ke pusat yang notabene zona merah. Saat saya bertanya apakah ada nomor atau link, atau email untuk pengaduan masalah seperti ini, si petugas bilang dia tidak bisa membantu. 

Andai saja saya memakai aplikasi Sambara (Samsat jawa barat), dia pasti bisa membantu saya untuk melacak stnk itu. Karena servernya ada di bandung dan langsung bisa diakses oleh mereka. 

Saya makin bingung. Pasalnya, saya sudah terlanjur memakai aplikasi itu, harapannya mendapat solusi agar masalah saya bisa selesai. Minimal ada sedikit pencerahan, lah. Ini malah dibikin pusing dan menyudutkan saya karena tidak memakai aplikasi sambara. 

Saya mana tahu samsat jawa barat memiliki aplikasi sendiri. Saya pikir aplikasi untuk bayar pajak kendaraan bermotor itu semuanya sama. Saya terus saja meminta bantuan siapa tahu dia punya kenalan yang bisa menyelesaikan masalah saya. Tetapi mereka (2 petugas di bagian informasi) malah keukeuh tidak menyarankan saya menggunakan aplikasi tersebut. 

"Duuuh, Pak, saya sudah terlanjur. Gimana, dong?" 

Mereka tidak mengerti juga bahwa saya sudah menggunakan aplikasi tersebut dan meminta bantuan pemecahan masalah. 

Saya nyaris nyerah ngomong dan bertanya tanpa ada solusi. Hingga perbincangan kami terdengar oleh petugas lain yang memakai seragam polisi lengkap. Dengan bijak beliau menanyakan apa masalah saya dan menyarankan saya untuk melampirkan print stnk elektronik sementara yang didapatkan dari aplikasi.

Pergilah saya untuk melengkapi persyaratan yag diminta beliau. Setelah selesai, saya disuruh langsung ke loket 2 (bagian pembayaran dan penyerahan). Tidak sampai 10 menit, saya dipanggil dan stnk baru saya sudah di print. Pulanglah saya dengan bahagia.

Owalaaah, sesimpel itu ternyata. Kenapa harus dibikin ribet? Sampai mulut saya harus berbusa ngalor-ngidul cuma buat minta solusi. Pikiran saya sudah kalang kabut karena harus ngurus ke jakarta. Kalau masalah saran menggunakan aplikasi sambara, oke. Tahun depan saya akan ikuti saran bapak-bapak. Tapi, yang sudah terlanjur, kan, tidak bisa diulang.

Kepada para petugas samsat, saya mohon, jika ada kasus seperti ini lagi, janganlah memperumit masalah. Jika belum tahu solusinya, tolong tanyakan dulu ke atasan anda yang lebih mumpuni. Jangan sampai sikap "sok tahu" anda membuat pelanggan kecewa. 






Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar