--> Skip to main content

Sepucuk Surat untuk Suamiku

Teruntuk Ayah Timur

Selamat pagi!
Semoga keselamatan dan keberkahan selalu tercurah padamu.

Senin, 6 Juli 2020. Ketika aku terbangun dan menatap wajahmu yang masih terlelap. 

Sebelum membangunkanmu. Aku sedikit memperhatikan wajahmu. Terlihat tenang dan nyaman. Akan tetapi dibalik semua itu aku tahu ada kelelahan yang tersirat. Kamu lelah karena harus bekerja keras untuk kami. Mungkin juga sudah penat dan bosan. Karena itulah kamu membutuhan waktu untuk menyegarkan otak untuk sekadar berkumpul dengan teman-temanmu. Aku mengerti dan tidak akan melarangmu untuk menghabiskan waktu santaimu. 

Tapi ingatlah, Sayang!
Tubuhmu bukan robot. Aku harap kamu bisa memperhatikan kesehatanmu. Bergadang bukan solusi untuk menyegarkan pikiran. Malah akan membuat tubuhmu semakin lelah dan sulit untuk bangun pagi. Aku sangat mencintaimu. Tidak sanggup rasanya jika melihatmu sakit. 

Suamiku, aku tahu kesulitan tengah menguji keimanan dan kesetiaan kita. Aku harap, semakin kesulitan mendera, semakin bertambah keimanan kita pada Allah. Makin erat hubungan kita hingga tidak ada badai yang mampu memisahkan kita.

Suamiku, satu minggu ini aku merasa ada yang berubah dalam hidup kita. Ya, kebersamaan membuat aku merasa lebih bermakna. Biar pun setiap pagi harus sabar membangunkanmu. Harus sibuk menyiapkan bekal. Harus bawel dengan hal-hal kecil. Tetapi aku bahagia bisa selalu ada di sampingmu. Minimal, aku bisa tidur dengan tenang dan aman. Jujur saat kamu tidak ada, aku sering mengalami insomnia. 

Suamiku, keberadaanmu juga berpengaruh pada Timur, Matahari kecil kita. Dia tidak begitu rewel karena setiap pagi bisa bercengkerama denganmu sebelum kamu berangkat bekerja. Dia juga akan bahagia saat akan tidur karena kamu selalu ada untuknya. Bahkan kamu menemaninya setiap kali buang air kecil di malam hari. Dia benar-benar menjadikanmu figur Ayah yang sempurna. 

Meski usianya baru 2,5 tahun, tapi memorinya sudah sangat baik dan bisa mengingat banyak momen indah saat bersama kita. Dia juga terlihat bahagia setiap kali kita mengajaknya jalan-jalan meski tidak jauh. Sepertinya aku dan Timur memang terlalu bergantung padamu. 

Terima kasih, Sayang, sudah mau menjadi imam untukku. Mengerti ketika mood ku kerap kali berubah-ubah. Bisa mengerti ketika aku memintamu melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan seorang suami. Terima kasih sudah banyak meringankan pekerjaanku!

Sejak kamu datang ke rumah sendiri dan berbicara serius dengan Bapak, aku yakin kamu adalah orang yang berani bertanggung jawab. Meski secara ekonomi kamu masih merintis karir, tetapi aku yakin kita bisa bersama-sama mewujudkan semua mimpi kita. Aaamiiin.

Suamiku, aku bahagia bisa menjadi bagian dari prioritasmu. Meski terkadang aku merasa hidup ini melelahkan, tetapi melihatmu tidak penah mengeluh, aku tahu bahwa aku tidka sendirian. Aku butuh bimbinganmu. 

Hal yang paling membuat aku tenang adalah saat kita solat berjamaah. Kita bisa sama-sama bermunajat, wiridan, dan berdoa. Maka nikmat mana lagi yang akan kita dustakan?

Suamiku, sejatinya kunci kebahagiaan bukanlah karena kita punya segalanya melainkan karena kita selalu mensyukuri segalanya. Maka ingatkanlah aku jika aku mulai lupa untuk mensyukuri nukmat Allah. 

Terima kasih, atas semua cinta yang kamu beri untukku!

Tasikmalaya, 7 juli 2020
Bunda Timur






Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar