Hari Ke-12: Bunda, Bedoa Dulu!"
"Timur mau makan nasi sama apa?" tanya saya.
"Mau Telol," jawabnya seranya menghambur ke depan kulkas.
Dia tidak sabar menunggu saya membuka kulkas, mengambil telurnya sendiri, dan lari ke dapur. Dia duduk manis sambil memegang telurnya dengan hati-hati. Dulu saat awal-awal kami pindahan ke rumah ini dia selalu memcahkan telur. Tetapi, sekarang tangannya sudah lihai memegang telur tanpa jatur atau pun pecah.
Saya memberikan sebuah garpu dan mangkuk kecil pada Timur. Kalau sudah begitu dia akan bahagia menikmati sensasi memecahkan telur dengan garpu dan memasukkannya ke mangkuk tanpa tumpah. Ah, anak ini sudah mahir.
Timur meminta saya menaburkan garam dan penyedap kemudia mengocok telur itu dengan pelan. Meski belum tercampur rata, aku senang melihatnya antusiasnya yang begitu besar.
Timur memberikan hasil kocokan telirnya pada saya, lalu saya menyelesaikan pekerejaan Timur. Dia sudah tahu kalau menggoreng telur, minyaknya akan terciptrat. Maka, dia langsung mundur yang memperhatikan saya masak dari jarak yan agak jauh.
Setelah matang, saya membiarkan Timur yang mengangkat telur dadarnya ke piring. Ini adalah rutinitas luar biasa yang selalu kami lakukan setiap hari.
"Makan, yuk!" saya mengajak dia duduk untuk makan bersama.
"Bental, na. Timur ambil ninum dulu, na," ucapnya seraya mengambil gelas kaca uang ada di atas meja.
Oya, Timur juga sudah terbiasa menggunakan gelas kaca. Sejauh ini dia tidak pernah menjatuhkan atau memecahkan gelas. Jadi saya tidak khawatir jika dia mengambil air minum sendiri.
Saat semuanya sudah siap. Saya langsung mengambil nasi untuk disuapkan ke Timur. Tetapi dia menolak.
"Bunda, Beldoa, dulu!"
Saya kaget mendengar protesnya. Alhamdulillah, di sudah pahan adab-adab makan. Sebwlumnya dia cuci tangan di westafel. Meakipun tubuhnyabelum tinggi, dia punya akal dengan bersiri di ataa kursi kecilnya agarcbisa meraih kucuran air di westafel.
Setelah itu dia membawa air minum dan bersiap untuk makan.
"Allohumma baliklanaaa fiimalojaktanaa waqinaa adabannal. Amin," serunya.
Saya mengikutinya berdoa lalu megambil nasi yang masih panas untuk meniupnya.
"No, Bunda!" cegahnya.
"Kenapa?"
"Jangan tiup yang panas. Bih aik di kipas!" ucapnya.
Duh, dia pasti teringat lagu makan janhan asal makan dati nusa dan rara. Padahal nonton video itu sangat jarang. Tapi dia mengingatnya.
"Bunda, ambilah hihid, Bun," pintanya.
"Lho, Timur lupa, ya. Bilangnya gimana kalai mau minta tolong?" tanya saya mengingatkan dia tentang salah satu dari 3 kata ajaib.
"Bunda, tolong ambilon hihid, lah, Bun!" Timur mengulangi kalimatnya.
"Oke!" Saya gerak cepat.
Satu-satunya cara agar anak merespon dengan cepat apa yang kita minta adalah dengan merespon permintaannya dengan cepat, selama dia melakukan hal yang benar. Kalau dia lupa sesuatu, harus diingatkan. Jangan sampai kita marah karena dia lua tanpa mengingatkannya sama sekali.
Oke setelah itu kami makan dengan lahap. Timur sudah beberapa bulan ini jadi agak manja kalau makan, mainya disuapin terus. Padahal sebelumnnya dia sudah bisa makan sendiri. Tapi tidak masalah, yang penting dia mau makan dulu.
Timur berdoa sesudah makan dengan bantuanku karena belum lancar. Mungkin karena doanya lebih panjang, jadi agak lumayan lama untuk memghapalnya. Lumayan, lah.
Pembiasaan ini benar-benar membuatnya sudah disiplin dalam melakukan sesuatu. Meskipun kadang-kadang masih harus diingatkan. Namanya juga anak.
Alhamdulillah hari ini niai Timur melampaui Bundanya. Untuk itu bunda cukuo puas dengan ⭐️⭐️⭐️⭐️
Terima Kasih, Timur! Sudah megajarkan bunda banyak hal.
Hehe.
#harike11
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
#pulauimpian
#bunsaybatch6