Hari Ke-9: Mengendalikan Kemarahan Part 2
Saya merasa setiap waktu bersama Timur semakin berarti. Perkembangannya yang sangat pesat membuat saya tidak mau melewatkan sedikitpun prosesnya.
Komunikasi yang saya lakukan dengan Timur selama 9 hari ini sangatlah tidak mudah. Namun, sepertinya saya mulai terbiasa menghadapinya dengan sikap tenang.
Dari pagi hingga sore dilewati dengan penuh tawa bahagia. Timur membantu pekerjaan saya. Memasak, membereskan kamar, menyapu, mengepel, dan menyetrika pakaian.
Meski pekerjaan saya jadi semakin lama dan terhambat, saya bahagia melihat Timur menikmati kegiatan ini. Sesekali dia keluar rumah menghampiri temannya dna bermain sejenak, itu adalah kesempatan agar saya bisa menyelesaikan pekerjaan agar saat Timur masuk ke rumah semua beres.
Ya, sejak disapih dari dot, Timur tidak suka kalau saya sering membuntutinya main dengan teman-teman. Dia lwbih nyaman kalau saya mengawasi dari rumah saja. Hingga saat ini saya tidak khawatir jika Timur bermain di luar.
Namun sesuatu terjadi ketika saya mengajaknya mengikuti pengajian ibu-ibu sore hari. Temannya membawa ponsel dan dia ingin membawa ponsel juga. Saya sudah bilang bahwa rumahnya dikunci dan ponselnya sedang di charge. Tetapi dia keukeuh pulang ke rumah sendirian.
Saya diam-diam mengikutinya karena dia pasti akan menangis. Sesuai dugaan dari kejauhan saya mendengar suara Timur. Dia menjerit-jerit seraya menggedor pintu dengan keras.
Prinsip saya ketika Timur menginginkan sesuatu adalah memberinya sebelum dia merengek. Jika dia terlanjur menangis, saya pantang memberikannya. Maka kali ini saya hanya menghampiri Timur dan membiarkannya menjerit-jerit di teras rumah.
Saya bisa saja membukakan pintu dan memberikannya ponsel, maka dia berhenti menangis. Tapi saya khawatir tangisan akan menjadi senjata baginya agar saya mau memberikan setiap hal yang dia inginkan.
"Bunda Peluk!" pintanya setelah hampir 1/2 jam dia menjerit-jerit.
Saya langsung memeluknya. Tangisan Timur reda seketika.
"Timur mau apa?" tanya saya.
"Mau nontom kayak aa rasya," jawabnya.
"Boleh nanti. Tapi sekarang kita harus mengaji. Timur mau ikut?"
"Mau. Nanti abis ngaji nonton ultramen, ya?"
"Boleh."
Saya dan Timur kembali ke lokasi pengajian dan Timur anteng hingga pengajian selesai.
Karena saya udah berjanji akan memberikan ponsel setelah mengaji. Saya memberikannya nonton dengan sarat hanya 5 menit. Dia pun menurut dan mengembalikan ponsel ketika saya bilang waktunya sudah habis.
Ah, bahagianya. Semakin hari Timur tumbuh menjadi anak yang sangat lucu. Banyak yang memuji perkembangannya yang sangay cepat itu. Terlebih kepandaiannya dalam berbicara yang sudah jelas untuk anak seusianya. Dia juga pandai menyusun kalimat. Seperti yang dia lakukan sasaat sebelum tidur.
"Ini untukmu, Bunda," ucapnya sambil memberikan segelas air.
"Terima kasih, Timur baik sekali," puji saya.
"cama-cama. Timul cinta Bunda, Timur cinta Ayah, Timul cinta Allah."
Spechless saya mendengarnya kata-kata cintanya yang tulus dan biasa. Biasanya dia mengatakan "Ov yu, Bunda. Ov yu, Ayah." saja. Kali ini dia mengantinya dengan bahasa Indonesia dan menambahkan "Timul cinta Allah."
Terima kasih, Solehnya Bunda! Sudah memberikan banyak kebahagiaan setia harinya.
Untuk hari ini saya puas dengan
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
#harike9
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
#pulauimpian
#bunsaybatch6